yaa yaa yaa

Aah, membaca karya seseorang itu menyenangkan sekaligus menyebalkan. Menyenangkan karena memang aku menyukai membaca, sangat menyukai malah. Tapi membuatku nelangsa saat aku mencoba menuangkan sesuatu dari perbendaharaan kata-kataku. Seperti yang mereka lakukan. Karena saat aku mulai duduk dan berpikir, semuanya berubah gelap. Kurasa ada awan hitam yang berputar-putar di atas kepalaku dan mengguyur habis semua ide-ideku saat hujannya turun deras. Nah, saat satu paragraf kecil ini selesai kau baca, aku mungkin telah kehabisan imajinasi untuk menulis sesuatu. Aku telah basah kuyup dan rangkaian kalimat yang kuterawang tadi telah luntur. Kenapa menulis itu sulit sekali? Setidaknya untukku. Aku belum bisa menerima kenyataan bahwa apa yang dikatakan orang-orang tentang bakat menulisku itu keliru. Oh tidak, jangan! Meskipun setiap kegagalan sering membuatku merasa bodoh, aku tetap menikmatinya. Ya, sepertinya aku terlalu mencintai menulis sehingga tak pernah bosan aku melakukannya dan mendapati tulisanku berhenti secara “complicated ending”. Aku selalu menulis seperti itu. Ok, ok mungkin tidak selalu. Tapi aku belum ingin berbangga dengan 1-2 tulisan menyedihkan yang selesai. Aku menulis dengan perasaan. Saat perasaanku sedang sangat iri pada kesuksesan tulisan seseorang, atau saat aku berperasaan bahwa “hey, kata-kata ini bagus juga”. Lalu aku pun mulai menulis. Dan seperti yang kukatakan tadi, tak jarang berakhir tanpa akhir. Sepertinya aku punya ADD. Perhatianku mudah sekali teralih. Pada....(teralih). Aku baru saja melongok ke TVku dan melihat logo production house sebuah film. Kurasa aku akan mulai menonton.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments